Reuters: Top News

Thursday, May 29, 2008

"HAPPENING ART" FAUZI BAHAR

Membaca berita Padang Ekspres pada hari Jumat tanggal 23 Mei 2008 lalu, dimana Wali Kota Padang memusnahkan mniuman keras sejumlah 26.673 botol berbagai merek. Acara ini terjadi pada hari Rabu (21 Mei) di lapangan Imam Bonjol Padang dalam rangkaian peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional .
Sebelumnya minuman keras ini telah melalui proses pengadilan di Pengadilan Negeri Padang, tapi Fauzi Bahar kalah. " Meski kalah di pengadilan, tapi saya tetap melangkah pada jalan saya. Yakni dengan memusnakan barang haram ini" katanya.
Fauzi melakukan sendiri pemusnahan minuman keras tersebut, dengan mengendarai mesin giling yang biasa dipakai untuk meratakan batu dalam proses pembuatan jalan raya.Maka musnahlah ribuan botol minuman keras berbagai merek.Maka selesailah suatu " happening art" dalam rangka 100 Tahun Kebangkitan Nasional .
Sekarang tinggallah kenangan yang selalu membayang. Tinggallah pertanyaan bagi setiap orang menyaksikan langsung-atau yang membaca berita dari kejauhan dan perantauan.
Pesan apa gerangan dibalik pertiwa "happening art" yang dilakonkan fauzi itu"?

Memang tidak mudah memahami seorang Fauzi Bahar, sebab sejak semula beliau memegang amanah jadi Wali Kota Padang beliau menunjukkan sikap dan karakter yang unik (kalau bukan kontroversial). Pendapat umum pada gaya kepemimpinannya juga beragam , sesuai tempat melihat berdiri masing-masing.
Sebagian yang datang ke Jakarta menyebut Fauzi kerja baik, innovative, hubungan kemasyarakatan bagus, khususnya dengan para pemimpin informal dan generasi muda di kelurahan dan nagari-nagari.Fauzi sangat "concern" pada pendidikan dan agama. Tapi hubungan dengan aparatur dan staf, memang perlu perbaikan.
Tapi sudahlah, itu adalah urusan lain.
Kembali ke " happening art" pemusnahan minuman keras dengan mesin giling dengan aktornya Fauzi Bahar. Saya kira penting dipahami , pesan moral di balik apa yang tanpak di mata. Dengan kata lain perlu dipahami makna intrinsik yang ingin disampaikan artornya. Dalam arti ide atau prinsip,komitment, dan keyakinan nilai maupun harapan-harapannya (expectations)- Artinya nilai dan prinsip yang mereflikan sifat khas seorang Fauzi Bahar.
Sesuai konteks peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional , "happening art " sebagai seni pertujukan, ide sentralnya menegaskan visi sang aktor (Fauzi) tentang makna momentum kebangkitan nasional haruslah identik dengan kebangkitan moral masyarakat. Khususnya dalam rangka memerangi musuh musuh kemanusiaan seperti minuman keras,narkoba., korupsi dan seterusnya- pada zaman "keuangan yang maha kuasa" dan kapitalisme global ini.
Secara lahir/ ektrinsik tanpak ribuan botol minuman keras dililindas mesin giling dengan pengendara Fauzi .Fauzi pula pihak yang mengambil resiko biaya senilai Rp 30 juta, tak ada dirugikan dalam hal bilangan demi konsep kebangkitan moral masyarakat di masadepan.
Namun disana ada pengalaman aktor "happening art" itu sendiri, dalam duka dan suka, harapan dan perhatian utamanya, persepsi dan memorinya. Semua itu adalah psiko-sipiritual Fauzi Bahar, yaitu kualitas yang merupakan kata sifat yang menyerta kata benda (Fauzi Bahar).Seperti kata John Locke , kendati kita lahir bagaikan kertas putih(tabulka rasa) pengalaman telah mengisi jiwa dengan prinsip, komitment nilai-nilai yang kita yakini sebagai benar dan tidak benar, baik dan buruk (self reliance)
Masyarakat yang memiliki kearifan lokal, tentu sudak lebih duluan paham. Apa artinya, perintiwa pemusnahan minuman keras ini, tentu maknanya sudah terang bak hari. Semoga Fauzi Bahar tetap konsisten dan istiqamah dalam menegakan amar makruf -nahi mungkar secara paralel( tidak dipisah)***


----------------------------
Asril Djoni adalah jurnalis dan budayawan berdomisili di Jakarta.

KEBANGKITAN NASIONAL dan KEBANGKITAN ENTREPRENEUR

Membaca tulisan Didik Siswanto -Manager Devisi Uaha Kecil Pt.BNI (Perero) Tbk,yang disiarkan di Jawapos tanggal 23 Mei 2008 lalu dengan judul: Hantu Inflasi Setelah Harga BBM Naik - sangat menarik dan sangat tidak menarik.

-Sangat menarik,:

Karena tulisan tersebut memberikan peringatan dini tentang bakal ada ancaman kehadiran "hantu inflasi" yang tinggi sehingga akan m encuri dayabeli mayarakat, kususnya terhadap kebutuhan pokok. Dalam hal ini mungkin itu akan terjadi , seperti dikatakan Deputi Bank Indonesia Hartadi A.Sarwono -jika kenaikan harga BBM oleh pemerintah sekitar 30 % , inflasi akan naik sekitar 2 sampai 3 persen.Dengan asumsi angka inflasi menembus angka dua digit yaitu sekitar 12 %.

Sekarang tanpa kenaikan BBM, inflasi maih tinggi "year on year 9%, bisa jnai sampai dengan 9,5 % , seperti dikatakan Didik Siswanto berpatokan pada siklus kebutuhan energi dunia-dimana kebutuhan energi meningkat pada musim dinggin di belahan bumi bagian utara pada awal juni. Karena itu inflasi tambah 3 % menjadi sekitar 12 persen.

Secara makro, kebijakan menaikan harga pada saat inflasi tinggi memang berisiko dan berdanpak ganda terhadap perekonomian pertumbuhan, inflasi serta unemploiment. Tapi seperti kata Budiono ketika serahterima jabatan Gubernur BI, rencana kenaikan harga BBM telah dipertimbangkan." Opsi yang dipilih itu sudah optimal kalau putaran pertama naik ya naik. Itu uatu kenyataan. Tak bisa dicounter dengan kebijakan moneter. Danpak selanjutnya diusahakan memenimalkan", ujarnya.

-Sangat Tidak Menarik:

Karena selaku Direktur Divisi Usaha Kecil, ia hanya menunjukan "hantu" tapi tidak menunjukkan pengakal " hantu". Bagaikan seorang dokter setelah melakukan diagnosis dan menyatakan nama penyakit yang mengancam nyawa pasien, tapi tidak menunjukkan cara pengobatannya. Secara psikosomatik dikhawatirkan akan menambah tekanan pada masyarakat.

-Kebangkitan Entrepreneur

Ketika Didik Suswanto mengatakan rencana kenaikan harga BBM akan disusul dengan kebijakan moneter, dimana "BI rate" akan naik 25 basis point menjadi 8,25 % Sebagaimana dikatakan Deputi Senior BI Miranda S.Goeltom ,sebagai antisipasi kenaikan kenaikan harga BBM. Hemat Didik Siswanto , hal itu akan merupakan obat mujarab merangsang berputarnya sektor riil.Mungkin ia benar. Jika (1)adanya koordinasi kebijakan yang menyeluruh , dalam arti antara kebijakan fiscal dan moneter (2) kebijakan memastikan pasokan bahan makanan, bahan baku untuk produksi serta distribusi.(3) perlu mendorong masyarakat untuk memamfaaatkan momentum peringatan 100 kebangkitan nasional - menjadi kebangkitan entrepreneurship . Kreatif dalam merespon perubahan dan memamfaatkan kesempatan untuk menemukan budaya baru dalam berusaha. Seperti kata Peter F. Drucker, entrepreneurship bukan ilmu , bukan juga suatu seni. Entrepreneurship adalam suatu .paraktek

Artinya suatu praktek adalah suatu kebiasaan, suatu latihan, suatu "learning bay doing".Termasuk suatu kebiasaan dan latihan menhadapi perubahan dan innovasi . Karena kata Drucker, innovasi merupakan instrument bagi entrepreneurhip.Tindakan entrepereneurial memberikan kapasitas dan budaya baru untuk menciptakan kesejahteraan ( wealth). Sikap dan pandangan entrepreneur terhadap perubahan adalah positif, karena bertalian dengan innovasi dan kesempatan (opportunity).Baik proses innovasi pasar, produk, faktor maupun organisasi.Prinsipnya, merakul/memeluk perubahan, lebih baik dari menghindarinya. Drucker menulis bahwa entrepereneur secara berkelnjutan mencari perubahan, meresponnya dan memamfaatkannya sebagai suatu kesempatan.

Bagi bangsa dan mayarakat Indonesia , saya percaya entrepreneurship sebagai kebiasaan , latihan dan praktek berusaha secara independent secara perorangan, keluarga , konsi telah "mendarah daging" secara psikological dan sosiological dalam kehidupan dan peradapan Adat Budaya mayarakat komunal (foklore cultural of Indonesian Nations). Terutama berakar pada kehidupan masyarakat pedesaan, dengan aneka tradisi pada setiap sistem sosial budaya dan ekonomi berbagai suku banga kita. Disinilah potensi besar entrepreneurship yang selalu muncul jadi pahlawan(heros) dalam dunia nyata. Karena bukan saja menjadi pengaman disaat terjadi krisis dan kelesuan ekonomi, tapi nyata sekali entrepreneurship pehlawan dalam memberikan pekerjaan lebih dari 60 % penduduk pedesaan . Suatu kepahlawaan di sektor perekonomian yang tak ternilai harga sepanjang sejarah bangsa ini- khususnya di saat-saat bergejolak sebagai danpak perekonomian global atau salah kelola penyelenggara negara, maupun akibat bencana alam dan musibah yang tak diharapkan seperti " lumpur panas Lapindo"

Oleh karena entrepreneurship sebagai hal yang tak terpisahkan dari Adat Budaya Bangsa Indonesia yang telah teruji kepaklawanannya melalui sejarah, baik sebelum kolonial, zaman kolonial dan telah lebih pula 60 tahun merdeka.Maka kreatifitas dam menghadapi perub ahan tak perlu diragukan lagi. Arti menghadapi rencana kenaikan harga BBM oleh pemerintah tak perlu fokus danb panik , melihat "hantu"nya. Tapi responlah secara kreatif dan mamfaatkan bagi kebangkitan nasional kedua sebagai kebangkitan entrepreneur bangsa yang besar ini.Seperti diungkapkan Ralph Waldo Emerson dalam essay klasiknya "On Self -Reliance" , we are struck by the importance of independence, selt-determination, and the rewards of initiatinve"(John J.Kao,1991)

Mungkin sudah waktunya kita menggali dan mengumpulkan dan menciptakan bahan-bahan sejarah dari sepakterjang para pahlawan entrepreneurship bangsa kita. Baik dalam bentuk buku, audio visual dan film dokumenter. Sehingga pengalaman mereka dalam di bidangnya masingmasing dapat dijadikan bahan kajian bagi generasi muda yang belajar tentang berbagai aspek bisnis dan ekonomi, baik di sekolah menengah, khursus, dan perguruan tinggi. Seperti dilakukan Harvard University sejak l947, l980 an bahkan sampai sekarang. Sehinggga mereka dapat melakukan pembelajaran ekonomi untuk membuat usaha, mengembangkannya bukan hanya untuk jadi pegawai dan memperkaya orang lain.
Bukankah perusahaan besar seperti Microsof , Ford Motor Company, Mc Donald's Mary Kay Cosmatics di Amerika Serikat, atau Jamu Nona Mener , Pabrik Rokk Bentoel, serta berbagai merek perusahaan batik, di mulai dari usaha entrepereneur perorangan dan keluarga? Kenapa semua tidak kita jadikan "huswatul hassanah" ? ***

KEBANGKITAN

KEBANGKITAN BANGSA, OTONOMI dan KREATIFITAS
- Suatu catatan untuk Mestika Zed


Membaca "Catatan Kecil 100 tahun Kebangkitan Nasional (Absurditas Kebijakan Ekonomi Nasional) di Harian Padang Ekspres Rabu 21 Mei 2008 oleh Mestika Zed-Ketua Pusat Kajian Sosial Budaya dan Ekonomi Universitas Negeri Padang (UNP).Sangat menarik karena seperti membaca tulisan para sejarawan lainnya semisal Taupik Abdullah atau Azyumardi Azra, peta kesadaran menjadi terang. Sehingga menjadi penting membuat beberapa catatan berikut ini.
Yang paling penting digaris bawahi mengenai catatan Mestika adalah : hubungan antara " cita-cita dan hasil yang dicapai". Yakni cita-cita "the founding father" seperti Tan Malaka , Bung Hatta, dan Bung Karno tentang negara bangsa yang dibayangkan pada masadepan (the imagined community) Dalam hal ini adalah Welfare State. Minimal ada tiga hal penting dimiliki oleh rakyatnya (1)sehat sejahtera lahir/bathin (2)bebas dari berbagai penyakit dan ketakutan (3) tak gamang menghadapi masadepan.
Dengan kata lain negara bangsa yang berfokus pada layanan publik, atau layanan sosial lebih diutamakan Seperti alokasi anggaran untuk pendidikan, menekan angka pengangguran, Demikian juga kesehatan ibu/anak serta orang tua menjadi perhatian pemerintah.
Dipihak lain Mestika mencatat hasilnya secara empiris -"kok jauh panggang darpada api". Padahal sudah 100 bilangan tahun kebangkitan, atau sudah 60 lebih pula bilangan tahun merdeka . Telah berbagai rezim "bak cando roda pedati,turun naik silih berganti". Dari rezim ordelama ke orde baru, sampai pula kini orda reformasi. Kebijakan Ekonomi Nasional absurd, tak pernah tegas dalam memilih. Sosialis bukan, Kapitalis buka. Apa Negara bukan-bukan?

-Otonomi
Saudaraku Mestika , berbicara tentang Welfare State pada tahap "nawaitu" atau "idea" adalah satu hal , dan pada tahap implementasinya akan menjadi hal yang lain lagi.Antara zaman dan zaman yang lain, atau antara satu rezim dengan rezim yang lain boleh jadi punya pemahaman yang beda. Ibaratnya sebuah puisi Chairil Anwar , akan dipahami berbeda oleh orang yang berbeda .Atau zaman yang berbeda.
Apalagi pada era otonomi dewasa ini, "bola" berada dipihak daerah. Pemilihan langsung kepala pemerintahan dilakukan oleh rakyat selaku pemilik kedaulatan , Demikian juga perencanaan pembangunan, dan kebijakan perekonomian suatu Kabupaten dan Kota ditentukan oleh daerah yang bersangkutan. Tiada lagi kekuasaan mutlak, pusat-daerah. Atau antara Kepala Negara terhadap Gubernur, Bupati dan Walikota -karena mereka sama-sama dipilih rakyat dan sama-sama menjadi pelaksana mandat rakyat. Pokoknya mengarah demokrasi-"duduk sama rendah, berdiri sama tinggi". Selaku pemimpin beliau-beliau tentu" ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah".
Saudaraku, berhentilah mengeluh.
Pada zaman Orde Baru, kan telah kita rasakan bagaimana sentralisasi kekuasaan mencengkram kreatifitas bangsa ini. Tentu masih ingat bagaimana nama-nama pada peta di rubah. Bagaimana ruwet para pelaksana pemerintahan
menghapal nama-nama aneh pada setiap proyek pembangunan, yang amat asing dari perbendaharaan bahasa dan kosakata yang mereka kenal. Seperti Nagari diganti dengan Kelurahan Demikian juga berbagai singkatan seperti Posyandu, LKMD, Klopencapir dan sebagainya. Pokoknya setiap proyek baru menurun daftar istilah dan singkatan baru pula. Tak heran bisa botak kepala menghapalnya.
Siapa yang berani berani tampil beda waktu itu ?

- Kreatifitas
Sekarang pertanyaannya adalah sejauhmana otonomi yang diberikan ini dapat menjadi efektif digunakan untuk membangunan daerah masing-masing ? Dalam hal ini sesuai potensi dan keunikan ekonomi setiap unit lingkungan- berikut kreatifitas masyarakat setempat.
Bagi Sumatera Barat dengan berbagai keterbatasan sumberdaya alam . Pada konteks renungan Kebangkanan Nasional kedua ini, barangkali akan lebih baik renungan kebangkinan diarahkan kepada sumberdaya manusia yang khas Minangkabau. Dengan fokus bagaimana kerbangkitan nasional kedua i ni menjadi kebangkitan "roh"ekonomi Minangkabau yaitu Entrepreneurship.
"Mari sinsingkan lengan, kepalkan tinju"- satu gengaman tekad untuk memadukan tiga komponen (1) kreatifitas (entrepreneur) dan (3) organisasi.
Berbanding lurus dengan itu, dipadukan pula para entreprenur dengan para manager, antara praktisi dan akademisi. Umara dan ulama, cerdik cendekia.
Asumsi pertama tentu disepakati dulu bahwa Entreprenour bagian tak terpisahkan dari Adat dan Budaya Masyarakat Minangkabau (folklore cultural of Minangkabau) Dari sini mungkin diperlukan kajian psikological dan sosiological dari para "hero" entrepreneur asal Minangkabau . Seperti yang pernah dilakukan almarhum Ali Akbar Navis terhadap Hasjim Ning. Dengan begitu pengalaman entrepreneurial maupun mangerial para " hero" entrepreneur dapat didalami oleh generasi muda pada setiap sekolah ekonomi .
Kenapa kita takut meniru yang baik pada Amerika misalnya , khususnya Harvard University yang telah melakukan hal itu sejak tahun 1947. Berlanjut dan semakin serius pada tahun 1980an, bahkan sampai sekarang. Entreprenourship menjadi spirit perusahaan besar. Kenapa? Karena mereka tahu perusahaan besar seperti Ford Motor Company, Mc Donal'sMary Kay Cosmetics atau microsof, mulai dari entrepreneur kecil.
Saya kira Mainangkabau dalam sejarahnya telah pernah memiliki "hero " entrepreneur yang mencapai skala usaha besar. Sebutlah antara lain, Anwar Sutan Saidi, Sutan Kasim, Abdul Latif, Fahmi Idris dan seterusnya.
Demikian juga "roh" ekonomi Nagari dalam arti produk Craft, seperti kain Silungkang, Pandai besi Sungai Puar, Kain Kubang , Sulaman Nareh, Nasi Kapau, pandai perak Koto Kadang adlah "tabang emas" digali.
Seperti kata Jeffry Timmons, karena Entrepreneurship itu bagian dari Adat dan budaya- maka belajar Entrepreneur harus melalui proses pengalaman.Artinya pola belajar yang digunakan adalah "learning by doing", eksperiment, bekerja dengan keluarga, memakai mentor, membeli perusahaan , dan sebagainya.***

Monday, May 19, 2008

ENTREPRENOURSHIP "ROHNYA" EKONOMI NAGARI

Tanggapan terhadap Artikel Noviardi:
______________________________

Membaca tulisan Noviardi dengan judul"Membangun Jaringan Ekonomi Nagari" di Harian Padang Ekspres pada tanggal 07 Mei 2008, cukup menarik. Pertama karena berkaitan dengan ekonomi masyarakat pedesaan yang pernah jadi kajian saya sekitar 15 tahun lalu ketika mengikuti Pasca Sarjana KPK.IPB-UNAND dengan bidang studi Pembangunan Wilayah dan Pedesaan(PWD).Kedua saya teringat janji kampanye Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi tentang pentingnya memberi prioritas pembangunan ekonomi kerakyatan.Saya tak tahu apakah janji ini ditepati atau tidak, ini urusan lain.
Urusan saya sekarang adalah merespons tawaran diskusi tentang pembangunan jaringan ekonomi di Nagari-nagari Sumatera Barat melalui tulisan Noviardi di harian Padek.
Mengapa diskusi tentang ekonomi masayarakat pedesaan menjadi penting ? Seperti yang ditulis Noviardi, pembangunan ekonomi pedesaan memerkukan partisipasi banyak pihak. Selain keaktifan dan kreatifitas anggota masyarakat itu sendiri selaku pelaku ekonomi, juga memerlukan kebijakan yang efektif dari pihak pemerintah selaku fasilitator- baik dalam arti pembangunan infrastruktur perekonomian. Maupun fasilitas yang berkaitan dengan pengembangan sumberdaya manusia, terutama pengembangan semangat Entreprenourship.
Pentingnya peran kaum akademis harus disebut pula disini, pengalaman Harvard University pantas dijadikan acuan dalam pengembangan spirit entreprenourship tahun 1980an dalam perekonomian Amerika Serikat.
Entreprenourship:
------------------------
Saya setuju gagasan Noviardi agar pemerintah lebih nerangsang tumbuh dan berkembangnya lembaga swadaya masyarakat di pedesaan. Tentu saja ini dalam arti entreprenourial, yang mejadi pelopor berbagai jenis inovasi. Seperti di-difinisikan Schupenter (1911) bahwa peran entrepenourship adalah untuk menciptakan dan merespons situasi perekonomian yang sulit (discontinuities).
Karena itu studi entreprenourship penting untuk memahami proses inovasi, inovasi pasar, inovasi faktor, maupun inovasi organisasi. Dengan demikian dengan memahami inovasi itu dapat dimengerti pula bahwa konteks entreprenour
ship ada tiga (a) usaha kecil (b)usaha menengah dan (c) usaha besar. Bagaimana caranya agar sprit entreprenourship dapat menjadi efektif secara multi-konteks.
Richard Cantillon pada abad ke 18 menyatakan bahwa peranan entreprenourship dalam perekonomian , antara lain berani mengambil resiko diwaktu harga-harga stabil (certain) dan menjual pada harga bergejolak (un-certain)
Jadi dari sisi supply kata Kent, entreprenourship itu adalah sumberdaya manusia yang memiliki karakter dan sikap (1) membutuhkan pencapaian (achievement) (2) pengambil resiko (rist taking).Dengan kata lain seorang entreprenour yang paling dasar adalah seseorang yang memiliki suatu usaha (enterprise) secara independent untuk mecapai tujuan bagi dirinya sendiri.Biasanya didasarkan pada keahlian yang dikuasainya dan di bidang yang ia senangi.
Dalam konsep bisnis ada sepuluh ciri penting entreprenour (1) kesadaran diri/self-awarness (2) memiliki motivasi yang kuat/self-motivation (3) memiliki daya kritis/courage (4) mempunyai kepercayaan diri /confidence (5)sabar/patience (6) pandai membuat keputusan/decisiveness (7) berani mengalami dan belajar dari berpengalaman/experience (8) ingin tahu /knowledge (9) tekun dan keras hati/perseverence (10) memiliki keyakinan bahwa tujuan dapat dicapai/drive.

- Kajian Entreprenour:

Dalam rangka membangun jaringan ekonomi Nagari kata Noviardi , perlu menggali kearifan lokal sebagai sendiri ekonomi. Disini saya setuju sekali, jika kearifan lokal yang dimaksud adalah nilai-nilai utama budaya Minangkabau yang bersipat terpadu (integrated value)- seperti salah satu yang telah dirumuskan " Adaik basandi Syara'-Syara' basandi Kitabullah, Syara' mangato-Adaik mamakai",dan seterusnya.
Berbicara soal nilai-nilai keminangkabauan,saya percaya tempatnyalah di komunitas Nagari-nagari.Karena Minangkabau adalah Nagari, yang merupakan unit kebudayaan dan peradapan. Nagari juga merupakan unit kesatuan wilayah dan geneologis.Karena itu warganya terstruktur berdasarkan suku,kaum,paruik dan keluarga-yang dapat ditelusuri secara vertikal/ garis keatas sampai bilangan generasi.
Demikian pula secara ekonomi aset Nagari adalah milik Nagari, baik barang-barang publik seperti Masjid, Sekolah, Balai Adat dan Pasar- demikian juga sawah, ladang dan seterusnya.
Apa itu kearifan lokal sebagai sendi kekuatan ekonomi ?
Hemat saya salah satunya yang paling penting milik orang Minangkabau adalah karakter entreprenourship. Inilah yang harus digali di Nagari, dalam arti situasi, kondisi, sistem nilai, pilosophy, struktur macam apa yang erat hubungannya dengan terbentuknya karakter entreprenourial anak Nagari.
Artinya kajian karakter entreprenourship tentulah membutuhkan pemahaman paling tidak secara psikological dan sosiological- untuk sampai pada identifikasi karakter entreprenour dari sisi supply seperti dirumuskan Kent. Disinilah pentingnya peran kaum akademis , mulai dari mahasiswa , dosen, alumni. Mungkin pengalaman para alumni yang berhasil sebagai entrepenour dalam berbagai skala bisnis, sangat perlu dikumpulkan dalam bentuk ceramah, wawancara, audio visual atau film dokumenter untuk dijadikan bahan kajian seperti yang dilakukan Harvard dua dekade lalu.
Sebagian besar perekonomian pedesaan adalah usaha kecil, kebanyakan bersifat perorangan dan keluarga yang berbasis rumah tangga(household) .Jadi pada dasarnya entreprenourship tahap awal (primer) yang mengandalkan kreatifitas perorangan.Untuk konteks entreprenour pada usaha menengar dan besar , tentu menjadi penting kesadaran/kepandaian organisasi.

- Kelembagaan:

Pengalaman Noviardi melakukan studi kasus di Nagari Koto Baru Padang Panjang , dalam dalam hal kajian kelembagaan yaitu Institute Pertanian Organik (IPO) suatu LSM masayarakat tani. Saya kira ini bagus bagi inovasi organisasi, karena selain bermanfaat membuka lapangan kerja, membantu melakukan proses inovasi, baik inovasi produksi maupun pasar.
Dalam konteks ekonomi pedesaan Minangkabau , tentu yang lebih penting lagi kajian kelembagaan komunitas adat-budaya Minangkabau itu sendiri- karena yang ingin digali adalah kearifan atau"rohnya"adat-budaya atau perekomian orang Minangkabau yaitu Entreprenourship.
Tahun 1990an saya pernah malakukankan kajian tentang Lembaga Keuangan Pedesaan ,. yaitu Lumbung Pitih Nagari (LPN) studi kasus di Kabupaten Padang Pariaman. Tentu ini kajian awal, karena sebatas thesis untuk syarat dapat selesai studi PWD.Hasilnya cukup menarik, antara lain dari perspektif kelembagaan- ada hubungan dekat antara nilai-nilai kepemimpinan Minangkabau pada LPN dengan perekomian Nagari- khususnya paling erat dengan pasar-pasar Nagari. Jadi LPN melayani jasa pembiayaan traksaksi di pasar, yang pelakunya adalah para entreprenour dalam berbagai bidang usaha ,jasa maupun skala bisnis.
Jadi membangun jaringan ekonomi Nagari berarti membangun jiwa wiraswasta/entreprenourship anak Nagari. Berarti juga mengembangkan kelembagaan Nagari seperti pasar-pasar Nagari, LPN/BPR, Lembaga Riset, Jaringan komunikasi pasar yang lebih luas( dalam dan luar negeri) melalui para perantau, trading hause dan seterusnya.
Membangun akses pasar global dewasa ini tentu menuntut pengusaan komunikasi dan transaksi yang berbasis komputer/internet serta bahasa asing seperlunya.Sehingga orang Minangkabau masakini dapat merantau tanpa meninggalkan Nagari. Barulah menjadi kenyataan bahwa "Piaman Laweh".***

Budaya

Taufiq Ismail 55 Tahun dalam Sastra Indonesia diperingati dalam serangkaian kegiatan di Jakarta dan di ranah bundanya sendiri di Padang, 14,17 dan 28 Mei 2008.Rabu lalu bertempat di Aula Mahkamah Konstitusi jl.Merdeka Barat No.7 Jakarta Pusat, acara di tandai dengan Peluncuran buku karya-karyanya selama berkiprah dalam dunia sastra Indonesia, sebanyak 4 jilit buku yang diberi jufdul "Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit".Acara ini dimeriahkan dengan baca puisi karya-karya Taupiq Ismail dan Group Bimbo dengan lirik-lirik karya sangn penyair.

"Mengapa acara ini diadakan di Aula Mahkamah Konstitusi ?Diharapkan konstitusi akan dengan rakyat, dengan semua kalangan termasuk para sastrawan , seniman dan budayawan.Inilah makna dari kontitusi sebagai kontrak sosial bernegara. Denyut nadi kehidupan berkontitusi adalah denyut nadi kehidupan warga negara sebagaimana tercermin dalam dunia sastra" kata Prof.Dr.JimlyAsshiddiqy Ketua Mahkamah Kontitusi dalam sambutannya.
Acara ini dihadiri sekitar 400 orang, selain para seniman dan intelektuan tanpak juga mantan pejabat Moerdiono, Jop Ave, Dr.Akbar Tanjung, wartawan senior Rosihan Anwar,Hasyim Djalal, Taupiq Abdullah, Anggota DPD asal Sumatera Barat DRE.Moechtar Naim, Aisyah Amini,Kamala Penyair dari Malaysia, Ikranegara dari Amerika menyerahkan ensiklopedi puisi untuk mengisi Rumah Puisi yang sedang di bangun di Aie Angek di kaki Gunung Singgallang dan Merapi.
Dr.Anies Baswedan Rektor Universitas Paramadina Jakarta menyampaikan Pidato Kebudayaan yang menyatakan bahwa Taupiq Ismail adalah cermin dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia, hasil transformasi masa selepas kemerdekaan . Produk pertama pendidikan masa merdeka, yang membentuk golongan menengah terpelajar dengan cara pandang hidup yang berbeda dengan pendidikan zaman kolonial.
" Mengapa 55 Tahun dalam Sastra Indonesia ? Karena dari waktu yang lebih setengah abad itu terlihat apa yang seorang Taupiq Ismail telah perbuat. Jadi semacam pertanggungjawaban diri yang memegang amanah Ilahi. Tepat sekali acara ini di selenggarakan di Aula Mahkamah Konstitusi, dengan ini kita semua ingat amanah konstitusi yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.", kata salah seorang dari 100 Intelektual yang paling berpengauh di Dunia versi Foreign Police Magazine .
Budayawan Emha Ainun Nadjib tampil menutup acara pembacaan doa yang amat mengharukan , dengan lantunan doa-doa agar Sang Penyair di kabulkan cita-citanya oleh Alllah Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.(asril djoni)

Sosial Budaya

Aku menyaksikan tayangan tv tentang peristiwa terbakarnya rumahrumah penduduk di Desa Saningbaka dan Muara Pingai Kabupaten solok di pinggiran danau Singkarak.Soalnya berkaitan dengan sengketa tapal batas pedesaan.Aku terenyuh,dan hatiku luka melihatnya.Luka itu semakin dalam, setelah tayangan kunjungan Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi menyatakan bahwa sengketa ini telah berlangsung semenjak 2004 yang lalu.Memprihatinkan.

Apakah sudah tak berfungsi lagi kearifan lokal ? Institusi sosial seperti Kerapatan Adat Nagari?Institusi keagamaan seperti Imam Khatib ? Dan lain sebagainya komponen masyarakat Minangkabau, seperti para tungganai, para penghulu suku,ninikmamak, alim ulama, cerdik pandai , para pemuda dan tetua "parik paga" dalam Nagari.

Apakah nilai-nilai keminangkabauan tidak jadi acuan lahi dan kehidupan bersama ?Khususnya yang mendasar " Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah" yang merupakan pilar utama kehidupan di Minangkabau.

Memang tidak mudah menjawab pertanyaan demikian. Karena berbagai faktor, antara lain posisi penulis yang jauh berada di perantauan yang menyulitkan untuk melihat fakta langsung.

. Namun melalui kolom ini, penulis merefleksikan keprihatinan penulis terhadap kasus yang melanda komunitas pedesaan di bibir Danau Singkarak nan indah ini. Asumsi-asumsi penulis selama ini, tentang nilai-nilai
sosial-budaya Minangkabau yang jadi acuan luhur bagi penulis, menjadi jungkir
balik.

Asumsi kehidupan harmonis masyarakat pedesaan Minangkabau yang merupakan kesatuan wilayah dan geneologis,yang menjadi perekat kehidupan "beradat salingka nagari, basuku salingka kaum". Adat (lore)yang menjadi identitas komunitas (folk) teryata dewasa ikut mengalam krisis ekologi dan dilanda dis-integrasi.Kepeminpinan tidfak lagi didukung orang banyak.Krisis nilai-nilai budaya makin terasa.Niulai-nilai lama seperti " ado adaik ateh mupakaik,abih adaik bakarilaan" tak dipedulikan lagi. Sudah semakin gelap, dalam kenyataan.

Demikian juga Saningbaka yang penulis kenal lewat catatan Rafles yang mengunjungi Minangkabau dari Bengkulen tempo doeloe. Adalah Nagari Tua yang telah merawat sosial budaya dan peradaban sejak lama. Banyak sekali anak Nagari Saningbaka memiliki reputasi seni budaya . Dan dalam sejarah cikal bakal komunitas Kota Tangah Padang berasal dari Saningbaka

Ada apa sebenarnya di balik kejdian ini? Apakah kejadian ini " sebab" atau " akibat"? Bagaimana membayangkan sebuah Nagari beradap yang kita kenal, kini tiba-tiba menjadi " anarkis", main hakin sendiri. Aneh dan tidak masuk akal.?Atau ini berarti sudah saatnya dilakukan Kongres atau Musyawarah Adat dan Kebudayaan Minangkbau. Agar dapat diperoleh pemahaman baru, karena seperti ungkapan "adat dipakai baru,kain dipakai usang" Karena itu "lap[uak-lapuak deikajangi, usang-usang dipabaru"

Terakhir penulis mengharapkan kasus ini di selesaikan secara tuntas dan proporsional. Artinya masalah " sako" dielesaikan secara musyawarah. Masalah pusako (perdata} diselesaikan di pengadilan.Demikian juga masalaj pidana (anarkis} diselesaikan secara hukum yang berlaku. ***)

Friday, May 16, 2008

SUMBAR DARUL MADANI

Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi,SH,MM ,pada suatu waktu melalui sebuah pesan pendek kepada saya mengatakan;”I hope west Sumatera to rise and developed become Madani Province”.

Apakah yang dimaksud beliau dengan provinsi madani itu ?

Sampai kini saya belum memahani sepenuhnya harapan Gubernur itu. Tapi marilah kita berusaha menoleh sejenak kebelakang, ke dalam sejarah – khususnya pada masa klasik priode awal Islam yang dipimpin langsung Rasulullah Nabi Besar Muhammad s.a.w di Yathrib tempat hijrahnya-yang kemudian disebut sebagai Madinah, lengkapnya “Madinatul Nabi”.

Kata “Madinah” yang dipasangkan dengan kata “Nabi”, menjadi“Madinatul Nabi” berarti “Kota Nabi”. Dalam beberapa kamus bahasa Arab kata “madinah” yang bermakna kota besar sepadan dengan “city town” dalam bahasa Inggris. Beberapa kata yang seakar dengan “madinah”, antara lain “madani” atau “al-madaniyyah” yang artinya “beradab” sepadan dengan “civilized” dalam bahasa Inggris,juga “tamaddun” yang sepadan dengan “civilization” dalam bahasa Inggris yang berarti “peradaban”.

Salahsatu yang menarik dalam masa awal Islam itu adalah kepemimpinan dan manajemen pemerintahan yang disandarkan kepada perjanjian tertulis- yaitu “Mitsaq al-Madinah (Piagam Madinah).Para ahli menyebut Piagam Madinah ini sebagai kontitusi pertama yang telah menjadi landasan kehidupan masyarakat majemuk di Yathrib-yang sebelumnya hidup dalam peperangan antar suku dan kelompok agama.

Artinya Piagam Madinah yang terdiri dari 47 butir itu, selain telah mengakhiri perang dan penindasan antar suku dan agama , telah berfungsi menjadi undang-undang dasar bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang dicita-citakan sebagai masyarakat beradab,bebudaya tinggi atau “al-hurriyyah-al-madaniyyah” sepadan dengan “civic liberty” dalam bahasa Inggris.

Masyarakat Madani yang dicita-citakan oleh Islam atau Piagam Madinah, selain telah didokumuntasikan oleh para ahli sejarah Islam seperti Ibn Ishaq(wafat 152 H) dan Muhammad Ibn Hisyam (wafat 218 H).Lebih menakjubkan lagi kata Nurcholish Madjid mengutip al-Sayyid Muhammad Ma’ruf al –Dawalibi dari Universitas Islam Internasional Paris adalah bahwa “Piagam Madinah memuat buat pertama kali dalam sejarah tentang prinsip-prinsip dan kaedah kaedah kenegaraan, nilai-nilai kemanuasiaan yang sebelumnya tidak pernah dikenal umat manusia”

Dari gambaran sejarah di atas, dapat sekarang kita memahami istilah “Madani” yang di Indonesia banyak digunakan sejak munculnya gerakan reformasi mulai tahun 1998 yang lalu. Sekaligus kita juga sangat mendukung cita-cita Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi membuat provinsi yang dipimpinnya menjadi Provinsi Madani. Hal itu sesuai dengan potensi sosial budaya Suamtera Barat yang menganut system nilai terpadu (integrating value) yang berimbang atau “mizan wa adl“.Seperti ungkapan “Adat besandi Syara’-Syara’ basandi Kitabullah”,”:iduik baraka-mati bariman”, “lamak di awak-katuju diurang”,’barek sapikue-ringan sajinjiang, salapiak duduak-sajamba makan”***