Reuters: Top News

Sunday, June 15, 2008

ARMADA LAUT CHINA

Berbicara tentang armada laut China, tentu pembaca ingat Laksamana Cheng Ho. Baik bagi mereka gemar membaca cerita bergambar, atau yang suka nonton cerita yang di-film-kan.Seperti film Laksamana Cheng Ho yang dibintangi Yusril Ilza Mahendra mantan Menteri Sekretaris Negara Indonesia.

Pada kesempatan ini saya tidak berbicara armada laut laksamana Cheng Ho yang telah menjadi ikon masalalu. Tapi Armada Laut China pada konteks masakini dan masadepan dalam era nuklir ditengah konfigurasi kekuasaan dunia multipolar.

Globalisasi China akhir-akhir ini sangat mengagumkan, sekaligus juga mengawatirkan.Mengagumkan karena China dapat menjadi asset bagi negara-negara lain, khususnya negara-negara ASEAN yang baru berkembang.

China dengan penduduk 1,3 milyar dan luas daerah sekitar 9,6 juta km persegi, akan merupakan peluang besar buat berbisnis bagi perusahaan besar di dunia.Baik sebagai pasar barang dan jasa, maupun sumber investasi.

Namun dipihak lain China dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat ( rapit economic country) Dimana pada tahun 2005 dengan pertumbuhan 9,9 %, pendapatan perkapita 6800 dollar Amarika Serikat.Mealokasikan anggaran pertahanan 29,5 milyar dollar, dengan jumlah pasukan aktif 2.225.000 orang.Tentu secara psikoligical akan menjadi beban bagi lingkungan negara-negara kecil dan menengah di Asia

Oleh karena itu tidak mengherankan China belakangan mendapat sorotan yang berlebihan oleh masayarakat internasional. Selain karena kebijakannya yang menggunakan kekerasan terhadap rakyat Tibet, juga langkah-langkahnya mengembangkan armada laut

Seperti dipertanyakan dalam "Shangri-La Dialoque" yang diselenggarakan oleh International Institute for StrategicStudies (IISS) bulan lalu di Singapura. China sebagai kekuatan utama Asia mengembangkan armada laut secara besar-besaran.Apakah ini akan mengarah pada pelombaan senjata ?

Para analys memang masih berbeda pendapat tentang fakta-fakta seperti pembangunan basis angkatan laut China di Pulau Hainan- dari mana armada kapal-kapal besar yang diperlengkapi peralatan canggih modern -mudah akses ke Laut Tiongkok Selatan dan Selat Malaka. Terutama tentu akan menghkhawatirkan "kelompok empat plus" yaitu Amarika, Inggris , Jepang, India plus Singapura yang sangat berkepentingan dalam perdagangan Internasional.

Pada tahun 2006, China telah mampu membuat kapal pemusnah baru ( the new destroyer) kapal perang cepat (frigates) dan kapal selam (submarines)- China menurut IISS telah mulai memproduksi pesawat terbang "kargo" (aircraf-carries) yang berkekuatan angkut jarak jauh. Dikhawatirkan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi ia akan mampu menyediakan dana banyak untuk ekspansi armada lautnya. Mewujudkan impiannya memliki armada laut (treasure fleets) seperti pernah dimilikinya pada abad ke 15.

Shangri-La Dialoque yang merupakan agenda pertemuan tahunan para Menteri Pertahanan dan Pimpinan Meliter itu, mempertanyakan apa artinya langkah-langkah China melakukan pembangunan pelabungan angkatan laut di Myanmar, Srilangka atau mengadakan latihan bersama angkatan laut Pakistan ? ( The Econimist, 7 Juni 2008)

Menteri Pertahan Perancis Herve Morin mengungkapkan bahwa kapal selam baru di tengah jalur laut yang sangat padat seperti Selat Malaka dan Laut Tiongkok Selatan akan berisiko bila terjadi kecelakaan. Disana akan ada suatu bahaya , ada tindakan saling mengancam.

Apalagi Laut Tiongkok Selatan juga mengandung minyak dan kepulauan Paracel dan Spratly menjadi sengketa- karena di klaim secara keseluruhan maupun sebagian oleh lebih enam negara.Karena itu upaya preventif untuk meminimalkan insiden ekskalasi di jalur padat ini, Morin menyarankan negara-negara di kawasan ini perlu melakukan investasi yang banyak mendiskusikan keamanan kawasan (regional security) Sehingga dapat merubah kecurigaan bersama menjadi kerjasama demi stabilitas kawasan.

Sebagian besar para analys menyimpulkan , bahwa pengembangan armada laut di Asia ini belum lagi mengarah pada perlombaan senjata dalam arti klasik. Karena pada era klasik di masalalu, konfigurasi kekuatan hanya terdiri dari dua pihak yang bersekengketa untuk saling mendominasi. Sekarang di Asia berbeda , dimana konfigurasi kekuatan bersifat multipolar. Malah secara poritif dapat membuat aliansi pihak yang menentang sebagai perimbangan

Begitu angkatan laut China dan Pakistan latihan bersama. Kelompok empat plus ( A "quad" group ) juga melakukan gerakan perang-perangan bersama( manoeuveres together)
Dengan demikian seperti kata para idealis, perang adalah sesuatu yang tidak rational. Sehinga dalam era dewasa ini bahaya persenjataan nuklir terhadapan peradaban ummat manusia -dapat mencegah perang.

Dipihak lain dikatakan kaum realis seperti Raymond Aron ,kebijakan luar negeri suatu negara ditentukan oleh sikap strategis diplomatis, dan hubungan internasional berlangsung di bawah bayang-bayang perang ( Peace and War, 1966)***

No comments: