Reuters: Top News

Thursday, May 29, 2008

"HAPPENING ART" FAUZI BAHAR

Membaca berita Padang Ekspres pada hari Jumat tanggal 23 Mei 2008 lalu, dimana Wali Kota Padang memusnahkan mniuman keras sejumlah 26.673 botol berbagai merek. Acara ini terjadi pada hari Rabu (21 Mei) di lapangan Imam Bonjol Padang dalam rangkaian peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional .
Sebelumnya minuman keras ini telah melalui proses pengadilan di Pengadilan Negeri Padang, tapi Fauzi Bahar kalah. " Meski kalah di pengadilan, tapi saya tetap melangkah pada jalan saya. Yakni dengan memusnakan barang haram ini" katanya.
Fauzi melakukan sendiri pemusnahan minuman keras tersebut, dengan mengendarai mesin giling yang biasa dipakai untuk meratakan batu dalam proses pembuatan jalan raya.Maka musnahlah ribuan botol minuman keras berbagai merek.Maka selesailah suatu " happening art" dalam rangka 100 Tahun Kebangkitan Nasional .
Sekarang tinggallah kenangan yang selalu membayang. Tinggallah pertanyaan bagi setiap orang menyaksikan langsung-atau yang membaca berita dari kejauhan dan perantauan.
Pesan apa gerangan dibalik pertiwa "happening art" yang dilakonkan fauzi itu"?

Memang tidak mudah memahami seorang Fauzi Bahar, sebab sejak semula beliau memegang amanah jadi Wali Kota Padang beliau menunjukkan sikap dan karakter yang unik (kalau bukan kontroversial). Pendapat umum pada gaya kepemimpinannya juga beragam , sesuai tempat melihat berdiri masing-masing.
Sebagian yang datang ke Jakarta menyebut Fauzi kerja baik, innovative, hubungan kemasyarakatan bagus, khususnya dengan para pemimpin informal dan generasi muda di kelurahan dan nagari-nagari.Fauzi sangat "concern" pada pendidikan dan agama. Tapi hubungan dengan aparatur dan staf, memang perlu perbaikan.
Tapi sudahlah, itu adalah urusan lain.
Kembali ke " happening art" pemusnahan minuman keras dengan mesin giling dengan aktornya Fauzi Bahar. Saya kira penting dipahami , pesan moral di balik apa yang tanpak di mata. Dengan kata lain perlu dipahami makna intrinsik yang ingin disampaikan artornya. Dalam arti ide atau prinsip,komitment, dan keyakinan nilai maupun harapan-harapannya (expectations)- Artinya nilai dan prinsip yang mereflikan sifat khas seorang Fauzi Bahar.
Sesuai konteks peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional , "happening art " sebagai seni pertujukan, ide sentralnya menegaskan visi sang aktor (Fauzi) tentang makna momentum kebangkitan nasional haruslah identik dengan kebangkitan moral masyarakat. Khususnya dalam rangka memerangi musuh musuh kemanusiaan seperti minuman keras,narkoba., korupsi dan seterusnya- pada zaman "keuangan yang maha kuasa" dan kapitalisme global ini.
Secara lahir/ ektrinsik tanpak ribuan botol minuman keras dililindas mesin giling dengan pengendara Fauzi .Fauzi pula pihak yang mengambil resiko biaya senilai Rp 30 juta, tak ada dirugikan dalam hal bilangan demi konsep kebangkitan moral masyarakat di masadepan.
Namun disana ada pengalaman aktor "happening art" itu sendiri, dalam duka dan suka, harapan dan perhatian utamanya, persepsi dan memorinya. Semua itu adalah psiko-sipiritual Fauzi Bahar, yaitu kualitas yang merupakan kata sifat yang menyerta kata benda (Fauzi Bahar).Seperti kata John Locke , kendati kita lahir bagaikan kertas putih(tabulka rasa) pengalaman telah mengisi jiwa dengan prinsip, komitment nilai-nilai yang kita yakini sebagai benar dan tidak benar, baik dan buruk (self reliance)
Masyarakat yang memiliki kearifan lokal, tentu sudak lebih duluan paham. Apa artinya, perintiwa pemusnahan minuman keras ini, tentu maknanya sudah terang bak hari. Semoga Fauzi Bahar tetap konsisten dan istiqamah dalam menegakan amar makruf -nahi mungkar secara paralel( tidak dipisah)***


----------------------------
Asril Djoni adalah jurnalis dan budayawan berdomisili di Jakarta.

No comments: