Reuters: Top News

Friday, August 29, 2008

Ekonomi Baru

Komentar:
SUMBAR MASUKI EKONOMI BARU

Oleh : Asril Djoni

Yanuar Muin menyambut acara Musyawarah Besar Badan Koordinasi Kemasyarakatan dan Kebudayaan Minangkabau (BK3M) DKI dan sekitarnya Minggu(29/6) bertempat di Aula Pagadaian Jakarta, mengungkapkan masalah pengangguran golongan terpelajar di Sumatera Barat."Sekarang ada sekitar tiga puluh lima ribu enam ratus empat puluh enam sarjana menganggur di Sumatera Barat " ,katanya.
Bagaimana hal itu dapat dicarikan solusi kreatif, khususnya dalam menemukan format baru perekonomian masadepan ?.
Masalah ini perlu menjadi perhatian semua pihak, bukan hanya masyarakat dan pemerintah di Sumatera Barat -tapi juga masyarakat asal Minangkbau yang ada di perantauan. Sebab, apalah artinya kalau pendidikan formal S1,S2 dan S3 yang dihasilkan hanya berupa status-tanpa memiliki subtansi untuk diterapkan bagi kehidupan masakini/ masadepan. Apagunanya status kesarjanaan yang kita miliki, kalau hanya menambah jumlah kartu nama dan orang berdasi saja.
Solusinya tiada lain, mestilah para Sarjana memasuki industri kreatif sesuai bidangnya masing-masing. Jangan menghabiskan waktu menunggu untuk menjadi pegawai negeri atau perusahaan besar saja. Kalau belum mampu menambah asset, janganlah menambah beban orang tua /keluarga atau masyarakat. Mulailah berpikir, untuk kembali melanjutkan warisan nenek moyang sebagai entrepreneur, dengan memamfaatkan teknolologi imformasi. Apa membuat film, animasi atau berbagai program e-learning, seamsal Learning Management System (LMS) dan sebagainya.
Mungkin dengan begitu akan lebih baik menciptakan hal-hal kecil yang berdampak pada pertumbuhan di masadepan- daripada memimpikan hal-hal besar tetapi tiada daya untuk mewujudkannya.
Seperti ditegaskan Yanuar Muin: "Orang Minangkabau itu harus memiliki karakater, ulet dan percaya diri. Dulu sebelum berhasil merubah air menjadi listrik, macam-macam sinisme orang luar tentang pekerjaan membuat pembangkit tenaga listrik. Tapi karena karakter, ulet dan percaya diri selama 26 tahun meneroka- sekarang lihat hasilnya" kata mantan Kepala Pikitring Sumbar-Riau itu.
Dalam hal ini dia benar, yang kita kenal sekarang sebagai PLTA Batang Agam, Maninjau dan Singkarak adalah buah kerjakeras dan keuletan beliau. Pertanyaan kita sekarang, siapa lagi yang akan merubah listrik menjadi produk industri baru- menjadi lapangan ekonomi baru untuk masyarakat.
Dikatakan Yanuar Muin, di Sumatera Barat sekarang memiliki 364 doktor (S3) yang tersebar pada berbagai Perguruan Tinggi dan 35.646 sarjana yang menganggur. Sekian laboratorium Sekolah Menengah, Perguruan Tinggi dan Industri seperti PT.Semen Indarung.Demikian juga Sumberdaya Alam , miniral apa yang tak ada di Sumatera Barat -obsidian, bahkan uranium.
Dapatkah dimamfaatkan energi listrik yang berlimpah itu untuk kegiatan -kegiatan kreatif bagi ekonomi baru di masa depan ? Jangan hanya listrik untuk membuat masyarakat jadi konsumtif- untuk menonton TV dan Video belaka. Artinya bagaimana energi listrik mendorong industri rumah tangga- seperti di Sungai Puar, Silungkang, Naras ,Koto Gadang , Pandai Sikek dan seterusnya. Dengan demikian Sumatera Barat, bukan hanya mampu membuat listrik, tapi juga mampu menggunakan listrik untuk industri kreatif dan ekonomi baru. Bukan hanya menjual barang dan jasa di negerinya sendiri secara langsung ,tapi mampu juga melakukan transaksi via jaringan komputer/internet.
Bagaimana listrik mendorong tumbuhnya warung-warung internet di seluruh pedesaan- mendorong para pelaku ekonomi mampu mengembangkan pasar lintas provinsi atau lintas negara Sebab dengan mebiasakan bekerja dengan basis komputer dan internet yang lebih effisien, para pelaku ekonomi memasuki ekonomi baru yang berbasis jaringan antar komputer. Dengan begitu masyarakat dapat menangani transakasi ekonomi masa kini- serta mampu memamfaatkan pasar dan kapital global. Mampu memfaatkan fasilitas teknologi imformasi sebagai modal untuk mengembangkan produk dan layanan global.Jadi tidak menekankan betul modal uang.
Untuk itu memang diperlukan kesatuan visi berbagai komponen masyarakat dan lembaga pemerintah. Perlu ada sinergi pihak-pihak terkait, para Kepala Daerah (Provinsi, Kabupaten dan Kota) Demikian juga pihak Perguruan Tinggi, SMA dan Kejuruan dan Kadinda/praktisi. Hanya dengan langkah sinergi dan simultan itulah, Sumatera Barat menemukan solusi dari masalah besar yang dihadapi pada kebangkitan ekonomi baru dewasa ini dan masadepan.
Model kejayaan Minangkabau tempo doeloe yang berbasis Sumberdaya Alam Sumatera Tengah yang kaya , tak mungkin dipakai lagi. Sumatera Barat sekarang harus melakukan "mindset" samasekali baru. Oleh karena itu mulai mengajarkan anak-cucu mengenal para "pahlawan" dari dunia usaha seperti Hasyim Ning, Rahman Taman, Anwar Sutan Saidi , Sutan Kasim, Abdul Latief dan sebagainya. Mungkin penulisan buku-buku tentang kisah sukses para pengusaha asal Minangkbau seperti yang telah dimulai Ali Akbar Navis perlu dikembangkan terus.***

No comments: